Selasa, 21 Julai 2009

SIRAH: OTAKNYA MENJADI GUDANG PERBENDAHARAAN PADA MASA WAHYU

ABU HURAIRAH

Sahabat mulia Abu Hurairah radhiyallahu anhu termasuk salah seorang dari mereka…….Sungguh dia mempunyai bakat luar biasa dalam kemampuan dan kekuatan ingatan …..Abu Hurairah radhiyallahu anhu mempunyai kelebihan dalam seni menangkap apa yang didengarnya, sedang ingatannya mempunyai keistimewaan dalam segi menghafal dan menyimpan…. Didengarya, ditampungnya lalu terpatri dalam ingatannya hingga dihafalkannya, hampir tak pernah ia melupakan satu kata atau satu huruf pun dari apa yang telah didengarnya, sekalipun usia bertambah dan masa pun telah berganti-ganti. Oleh karena itulah, ia telah mewakafkan hidupnya untuk lebih banyak mendampingi Rasulullah sehingga termasuk yang terbanyak menerima dan menghafal Hadits, serta meriwayatkannya. Sewaktu datang masa pemalsu-pemalsu hadits yang dengan sengaja membikin hadits-hadits bohong dan palsu, seolah-olah berasal dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam . mereka memperalat nama Abu Hurairah radhiyallahu anhu dan menyalahgunakan ketenarannya dalam meriwayatkan Hadits dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam., hingga sering mereka mengeluarkan sebuah “hadits”, dengan menggunakan kata-kata: — “Berkata Abu Hurairah… ”
Dengan perbuatan ini hampir-hampir mereka menyebabkan ketenaran Abu Hurairah radhiyallahu anhu dan kedudukannya selaku penyampai Hadits dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam. menjadi lamunan keragu-raguan dan tanda tanya, kalaulah tidak ada usaha dengan susah payah dan ketekunan yang luar biasa, serta banyak waktu yang telah di habiskan oleh tokoh-tokoh utama para ulama Hadits yang telah membaktikan hidup mereka untuk berhidmat kepada Hadits Nabi dan menyingkirkan setiap tambahan yang dimasukkan ke dalamnya:’
Di sana Abu Hurairah radhiyallahu anhu berhasil keluar dari jaringan kepalsuan dan penambahan-penambahan yang sengaja hendak diada-adakan oleh kaum perosak ke dalam Islam, dengan mengkambing hitamkan Abu Hurairah radhiyallahu anhu dan membebankan dosa dan kejahatan mereka kepadanya……
Setiap anda mendengar muballigh atau penceramah atau khatib Jum’at mengatakan kalimat yang mengesankan dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata ia, telah bersabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam ……” Saya katakan ketika anda mendengar nama ini dalam rangkaian kata tersebut, dan ketika anda banyak menjumpainya, banyak sekali dalam kitab-kitab Hadits, sirah, fiqih serta kitab-kitab Agama pada umumnya, maka diketahuilah bahwa anda sedang menemui suatu peribadi, antara sekian banyak peribadi yang paling gemar bergaul dengan Rasulullah dan mendengarkan sabdanya…..Karena itulah perbendaharaannya yang menakjubkan dalam hal Hadits dan pengarahan-pengarahan penuh hikmat yang dihafalkannya dari Nabi Salallahu ‘alaihi wasallam. jarang diperoleh bandingannya … Dan dengan bakat pemberian Tuhan yang dipunyainya beserta perbendaharaan Hadits tersebut, Abu Hurairah radhiyallahu anhu merupakan salah seorang paling mampu membawa anda ke hari-hari kehidupan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam beserta para sahabatnya dan membawa anda berkeliling, asal anda beriman teguh dan berjiwa siaga, mengitari pelosok dan berbagai ufuk yang membuktikan kehebatan Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam. beserta sahabat-sahabatnya itu dan memberikan makna kepada kehidupan ini dan memimpinnya ke arah kesedaran dan fikiran sihat. Dan bila garis-garis yang anda hadapi ini telah menggerakkan kerinduan anda untuk mengetahui lebih dalam tentang Abu Hurairah radhiyallahu anhu dan mendengarkan beritanya, maka silakan anda memenuhi keinginan anda tersebut……
Ia adalah salah seorang yang menerima pantulan revolusi Islam, dengan segala perubahan mengagumkan yang diciptakannya. Dari orang upahan menjadi induk semang atau majikan…..
Dari seorang yang terlunta-lunta di tengah-tengah lautan manusia, menjadi imam dan ikutan …. ! Dan dari seorang yang sujud di hadapan batu-batu yang disusun, menjadi orang yang beriman kepada Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa …. Inilah dia sekarang bercerita dan berkata: -
“Aku dibesarkan dalam keadaan yatim, dan pergi hijrah dalam keadaan miskin …. Aku menerima upah sebagai pembantu pada Busrah binti Ghazwan demi untuk mengisi perutku • • ! Akulah yang melayani keluarga itu bila mereka sedang menetap dan menuntun binatang tunggangannya bila sedang bepergian …. Sekarang inilah aku, Allah telah menikahkanku dengan putri Busrah, maka segala puji bagi Allah yang telah menjadikan Agama ini tiang penegak, dan menjadikan Abu Hurairah radhiyallahu anhu ikutan ummat…..!”
Ia datang kepada Nabi Salallahu ‘alaihi wasallam di tahun yang ke tujuh Hijrah sewaktu beliau berada di Khaibar ia memeluk Islam karena dorongan kecintaan dan kerinduan …. Dan semenjak ia bertemu dengan Nabi Salallahu ‘alaihi wasallam; dan berbai’at kepadanya, hampir-hampir ia tidak berpisah lagi daripadanya kecuali pada saat-saat waktu tidur …. Begitulah berjalan selama masa empat tahun yang dilaluinya bersama Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam . yakni sejak ia masuk islam sampai wafatnya Nabi, pergi ke sisi Yang Maha Tinggi. Kita katakan: “Waktu yang empat tahun itu tak ubahnya bagai suatu usia manusia yang panjang lebar, penuh dengan segala yang baik, dari perkataan, sampai kepada perbuatan dan pendengaran… !’
Dengan fitrahnya yang kuat, Abu Hurairah radhiyallahu anhu mendapat kesempatan yang besar yang memungkinkannya untuk memainkan peranan penting dalam berbakti kepada Agama Allah.
Pahlawan perang dikalangan sahabat, banyak….
Ahli fiqih, juru da’wah dan para guru juga tidak sedikit ….
Tetapi lingkungan dan masyarakat memerlukan tulisan dan penulis. Di masa itu golongan manusia pada umumnya,jadi bukan hanya terbatas pada bangsa Arab saja, tidak mementingkan tulis menulis. Dan tulis menulis itu belum lagi merupakan bukti kemajuan di masyarakat manapun.
Bahkan Eropah sendiri juga demikian keadaannya sejak kurun waktu yang belum lama ini. Kebanyakan dari raja-rajnya, tidak terkecuali Charlemagne sebagai tokoh utamanya, adalah orang-orang yang buta huruf, tak tahu tulis baca, padahal menurut ukuran masa itu, mereka memiliki kecerdasan dan kemampuan besar….
Kembali kita pada pembicaraan bermula untuk melihat Abu Hurairah radhiyallahu anhu, bagaimana ia dengan fitrahnya dapat menyelami keperluan masyarakat baru yang dibangun oleh Islam, iaitu keperluan akan orang-orang yang dapat melihat dan memelihara peninggalan dan ajaran-ajarannya. Pada waktu itu memang para sahabat yang mampu menulis, tetapi jumlah mereka sedikit sekali, apalagi sebahagiannya tak mempunyai kesempatan untuk mencatat Hadits-hadits yang diucapkan oleh Rasul.
Sebenarnya Abu Hurairah radhiyallahu anhu bukanlah seorang penulis, ia hanya seorang ahli hafal yang mahir, di samping memiliki kesempatan atau mampu mengadakan kesempatan yang diperlukan itu, kerana ia tak punya tanah yang akan digarap, dan tidak punya perniagaan yang akan diurus….
Ia pun menyedari bahwa dirinya termasuk orang yang masuk Islam belakangan, maka ia bertekad untuk mengejar ketinggalannya, dengan cara mengikuti Rasul terus menerus dan secara tetap menyertai majlisnya .. Kemudian disedarinya pula adanya bakat pemberian Allah ini pada dirinya, berupa daya ingatannya yang luas dan kuat, serta semakin bertambah kuat, tajam dan luas lagi dengan do’a Rasul “”•, agar pemilik bakat ini diberi Allah berkat.
Ia menyiapkan dirinya dan menggunakan bakat dan kemampuan kurnia Ilahi untuk memikul tanggung jawab dan memelihara peninggalan yang sangat penting ini dan mewariskannya kepada generasi kemudian ….
Abu Hurairah radhiyallahu anhu bukan tegolong dalam barisan penulis, tetapi sebagaimana telah kita utarakan, ia adalah seorang yang terampil menghafal lagi kuat ingatan …. Karena ia tak punya tanah yang akan ditanami atau perniagaan yang akan menyibukkannya, ia tidak berpisah dengan Rasul, baik dalam perjalanan maupun di kala menetap….
Begitulah ia mempermahir dirinya dan ketajaman daya ingatnya untuk menghafal Hadits-hadits Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam dan pengarahannya. Sewaktu Rasul telah pulang ke Rafikul’Ala (wafat), Abu Hurairah radhiyallahu anhu terus-menerus menyampaikan Hadits hadits, yang menyebabkan sebagian sahabatnya merasa hairan sambil bertanya-tanya di dalam hati, dari mana datangnya hadits-hadits ini, bila didengarya dan diendapkannya dalam ingatannya ….
Abu Hurairah radhiyallahu anhu telah memberikan penjelasan untuk menghilangkan kecurigaan ini, dan menghapus keragu-raguan yang menulari putra sahabatnya, maka katanya: “Tuan-tuan telah mengatakan bahwa Abu Hurairah radhiyallahu anhu banyak sekali mengeluarkan Hadits dari Nabi Salallahu ‘alaihi wasallam…. Dan tuan-tuan katakan pula orang-orang Muhajirin yang lebih dahulu daripadanya masuk Islam, tak ada menceritakan hadits-hadits itu…..? Ketahuilah, bahwa sahabat-sahabatku orang-orang Muhajirin itu, sibuk dengan perdagangan mereka di pasar-pasar, sedang sahabat-sahabatku orang-orang Ansar sibuk degan tanah pertanian mereka…..Sedang aku adalah seorang miskin, yang paling banyak menyertai majlis Rasulullah, maka aku hadir sewaktu yang lain tidak hadir …dan aku selalu ingat seandainya mereka lupa kerana kesibukan…
Dan Nabi Salallahu ‘alaihi wasallam. pernah berbicara kepada kami di suatu hari, kata beliau: “Siapa yang membentangkan serbannya hingga selesai pembicraanku, kemudian ia meraihnya ke dirinya, maka ia takkan terlupa akan suatu pun dari apa yang telah didengarya dari padaku,.. !”
Maka kuhamparkan kainku, lalu baginda berbicara kepadaku, kemudian kuraih kain itu ke diriku, dan demi Allah, tak ada suatu pun yang terlupa bagiku dari apa yang telah kudengar daripadanya … ! Demi Allah kalau tidaklah karena adanya ayat di dalam Kitabullah nescaya tidak akan kukhabarkan kepada kalian sedikit jua pun! Ayat itu ialah: “Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa-apa yang telah kami turunkan berupa keterangan-keterangan dan petunjuk, sesudah Kami nyatakan kepada manusia di dalam Kitab mereka itulah yang dikutuk oleh Allah dan dikutuk oleh para pengutuk (Malaikat-malaikat) ….. !”
Demikianlah Abu Hurairah radhiyallahu anhu menjelaskan rahsia kenapa hanya ia seorang diri yang banyak mengeluarkan riwayat dari Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam .
• Yang pertama: kerana ia meluangkan waktu untuk menyertai Nabi lebih banyak dari para sahabat lainnya.
• Kedua, kerana ia memiliki daya ingatan yang kuat, yang telah diberi berkat oleh Rasul, hingga ia jadi semakin kuat….
• Ketiga, ia menceritakannya bukan kerana ia gemar bercerita, tetapi kerana keyakinan bahwa menyebarluaskan hadits-hadits ini, merupakan tanggung jawabnya terhadap Agama dan hidupnya. Kalau tidak dilakukannya bererti ia menyembunyikan kebaikan dan haq, dan termasuk orang yang lalai yang sudah tentu akan menerima hukuman kelalaiannya … !
Oleh sebab itulah ia harus saja memberitakan, tak suatu pun yang menghalanginya dan tak seorang pun boleh melarangnya … hingga pada suatu hari Amirul Mu’minin Umar berkata kepadanya: “Hendaklah kamu hentikan menyampaikan berita dari Rasulullah! Bila tidak, maka akan kukembalikan kau ke tanah Daus… !” (yaitu tanah kaum dan keluarganya).
Tetapi larangan ini tidaklah mengandung suatu tuduhan bagi Abu Hurairah radhiyallahu anhu, hanyalah sebagai pengukuhan dari suatu pandangan yang dianut oleh Umar, yaitu agar orang-orang Islam dalam jangka waktu tersebut, tidak membaca dan menghafalkan yang lain, kecuali al-quran sampai ia melekat dan mantap dalam hati sanubari dan fikiran….
Al-quran adalah kitab suci Islam, Undang-undang Dasar dan kamus lengkapnya dan terlalu banyaknya cerita tentang Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam . teristimewa lagi pada tahun-tahun menyusul wafatnya Nabi Salallahu ‘alaihi wasallam., saat sedang dihimpunnya Al-Quran, dapat menyebabkan kesimpangsiuran dan campur-baur yang tidak berguna dan tak perlu terjadi.
Oleh kerana ini, Umar berpesan: “Sibukkanlah dirimu dengan Al-Quran karena dia adalah kalam Allah…”‘•. Dan katanya lagi : “Kurangilah olehmu meriwayatkan perihal Rasulullah kecuali yang mengenai amal perbuatannya!”
Dan sewaktu beliau mengutus Abu Musa al-Asy’ari ke Irak ia berpesan,kepadanya: — ‘Sesungguhnya anda akan mendatangi suatu kaum yang dalam masjid mereka terdengar bacaan al-Quran seperti suara lebah. maka biarkanlah seperti itu dan jangan anda bimbangkan mereka dengan hadits-hadits, dan aku menjadi pendukung anda dalam hal ini….!”
Al-Qur’an sudah dihimpun dengan jalan yang sangat cermat, hingga terjamin keasliannya tanpa dirembesi oleh hal-hal lainnya….. Adapun hadits, maka Umar tidak dapat menjamin bebasnya dari pemalsuan atau perubahan atau diambilnya sebagai alat untuk mengada-ada terhadap Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam dan merugikan Agama Islam…..
Abu Hurairah radhiyallahu anhu menghargai pandangan Umar, tetapi ia juga percaya terhadap dirinya dan teguh memenuhi amanat, hingga ia tak hendak menyembunyikan suatu pun dari Hadits dan ilmu selama diyakininya bahwa menyembunyikannya adalah dosa dan kejahatan.
Demikianlah, setiap ada kesempatan untuk menumpahkan isi dadanya berupa Hadits yang pemah didengar dan ditangkapnya tetap saja disampaikan dan dikatakannya….
Hanya terdapat pula suatu hal yang merisaukan, yang menimbulkan kesulitan bagi Abu Hurairah radhiyallahu anhu ini, kerana seringnya ia bercerita dan banyaknya Haditsnya yaitu adanya tukang hadits yang lain yang menyebarkan Hadits-hadits dari Rasul Salallahu ‘alaihi wasallam. dengan menambah-nambah dan melebih-lebihkan hingga para sahabat tidak merasa puas terhadap sebagian besar dari Hadits-haditsnya. Orang itu namanya Ka’ab al-ahbaar, seorang Yahudi yang masuk Islam……

Pada suatu hari Marwan bin Hakam bermaksud menguji kemampuan menghafal dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu. Maka dipanggilnya ia dan dibawanya duduk bersamanya, lalu dimintanya untuk mengabarkan hadits-hadits dari Rasusullah Salallahu ‘alaihi wasallam. Sementara itu disuruhnya penulisnya menuliskan apa yang diceritakan Abu Hurairah radhiyallahu anhu dari balik dinding. Sesudah berlalu satu tahun, dipanggilnya Abu Hurairah kembali dan dimintanya membacakan lagi Hadits-hadits yang dulu itu yang telah ditulis sekretarisnya. Ternyata tak ada yang terlupa oleh Abu Hurairah radhiyallahu anhu walau agak sepatah kata pun.Ia berkata tentang dirinya: — “Tak ada seorang pun dari sahabat-sahabat Rasul yang lebih banyak menghafal Hadits dari padaku, kecuali Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash, karena ia pandai menuliskannya sedang aku tidak ..; “. Dan Imam Syafi’i mengemukakan pula pendapatnya tentang Abu Hurairah radhiyallahu anhu: — “la seorang yang paling banyak hafal di antara seluruh perawi Hadits sesamanya”. Sementara Imam Bukhari menyatakan pula: –”Ada delapan ratus orang atau lebih dari sahabat tabi’in dan ahli ilmu yang meriwayatkan Hadits dari Abu Hurairah”.
Abu Hurairah termasuk orang ahli ibadat yang mendekatkan diri kepada Allah, selalu melakukan ibadat bersama isterinya dan anak-anaknya semalam-malaman secara bergiliran; mula-mula ia berjaga sambil solat sepertiga malam kemudian dilanjutkan oleh isterinya sepertiga malam dan sepertiganya lagi dimanfaatkan oleh puterinya… ” Dengan demikian, tak ada satu saat pun yang berlalu setiap malam di rumah Abu Hurairah radhiyallahu anhu, melainkan berlangsung di sana ibadat, dzikir dan solat!
Karena keinginannya memusatkan perhatian untuk menyertai Rasul Salallahu ‘alaihi wasallam. ia pernah menderita kepedihan lapar yang jarang diderita orang lain. Dan pernah ia menceritakan kepada kita bagaimana rasa lapar telah menggigit-gigit perutnya, maka diikatkannya batu dengan surbannya ke perutnya dan ditekannnya ulu hatinya dengan kedua tangannya, lalu terjatuhlah ia di masjid rambil menggeliat-geliat kesakitan hingga sebagian sahabat menyangkanya ayan, padahal sama sekali bukan .. .!
Semenjak ia menganut Islam tak ada yang memberatkan dan menekan perasaan Abu Hurairah dari berbagai persoalan hidupnya ini, kecuali satu masalah yang hampir menyebabkannya tak dapat memejamkan mata. Masalah itu ialah mengenai ibunya, karena waktu itu ia menolak untuk masuk Islam …. Bukan hanya sampai di sana saja, bahkan ia menyakitkan perasaannya dengan menburuk-burukkan Rasulullah di depannya…

Pada suatu hari ibunya itu kembali mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan bagi Abu Hurairah radhiyallahu anhu tentang Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam ., hingga ia tak dapat menahan tangisnya dikarenakan sedihnya, lalu ia pergi ke mesjid Rasul….Marilah kita dengarkan ia menceritakan lanjutan berita kejadian itu sebagai berikut:
Sambil menangis aku datang kepada Rasulullah, lalu kataku: –”Ya Rasulallah, aku telah meminta ibuku masuk islam, Ajaranku itu ditolaknya, dan hari ini aku pun baru saja, memintanya masuk Islam. Sebagai jawaban ia malah mengeluarkan kata-kata yang tak kusukai terhadap diri Anda. Kerananya mohon anda do’akan kepada Allah kiranya ibuku itu ditunjuki-Nya kepada Islam….”
Maka Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam . berdo’a: “Ya Allah tunjukkilah ibu Abu Hurairah!”
Aku pun berlari mendapatkan ibuku untuk menyampaikan khabar gembira tentang do’a Rasulullah itu. Sewaktu sampai di muka pintu, kudapati pintu itu terkunci. Dari luar kedengaran hunyi gemercik air, dan suara ibu memanggilku: “Hai Abu Hurairah, tunggulah ditempatmu itu… !”
Di waktu ibu keluar ia memakai bajunya, dan membalutkan selendangnya sambil mengucapkan: “Asyhadu alla ilaha illallah, wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu wa Rasuluh
Aku pun segera berlari menemui Rasulullah sambil menangis kerana gembira, sebagaimana dahulu aku menangis kerana berduka, dan kataku padanya: “Kusampaikan khabar suka ya Rasulullah, bahwa Allah telah mengabullkan do’a anda …, Allah telah menunjuki ibuku ke dalam islam … “. Kemudian kataku pula: “Ya Rasulullah, mohon anda du’akan kepada Allah, agar aku dan ibuku dikasihi oleh orang-orang Mu’min, baik laki-laki maupun perempuan!” Maka Rasul berdo’a: “Ya Allah, mohon engkau jadikan hamba-Mu ini beserta ibunya dikasihi oleh sekalian orang-orang Mukmin, laki-laki dan perempuan …!”
Abu Hurairah radhiyallahu anhu hidup sebagai seorang ahli ibadah dan seorang mujahid … tak pernah ia ketinggalan dalam perang, dan tidak pula dari ibadat. Di zaman Umar bin Khatthab ia diangkat sebagai amir untuk daerah Bahrain, sedang Umar sebagaimana kita ketahui adalah seorang yang sangat keras dan teliti terhadap pejabat-pejabat yang diangkatnya. Apabila ia mengangkat seseorang sedang ia mempunyai dua pasang pakaian maka sewaktu meninggalkan jabatannya nanti haruslah orang itu hanya mempunyai dua pasang pakaian juga…… malah lebih utama kalau ia hanya memiliki satu pasang saja! Apabila waktu meninggalkan jabatan itu terdapat tanda-tanda kekayaan, maka ia takkan luput dari interogasi Umar, sekalipun kekayaan itu berasal dari jalan halal yang dibolehkan syara’! Suatu dunia lain …. Yang diisi oleh Umar dengan hal-hal luar biasa dan mengagumkan… Rupanya sewaktu Abu Hurairah memangku jabatan sebagai kepala daerah Bahrain ia telah menyimpan harta yang berasal dari sumber yang halal. Hal ini diketahui oleh Umar, maka iapun dipanggilnya datang ke Madinah……Dan mari kita dengarkan Abu Hurairah, memaparkan soal jawab ketus yang berlangsung antaranya dengan Amirul Mu’minin Umar: — Kata Umar: – “Hai musuh Allah dan musuh kitab-Nya, apa engkau telah mencuri harta Allah?’• Jawabku;. “Aku bukan musuh Allah dan tidak pula musuh kitab-Nya ._.hanya aku menjadi musuh orang yang memusuhi keduanya dan aku bukanlah orang yang mencuri harta Allah . . !’•- Dari mana,kau peroleh sepuluh ribu itu? — Kuda kepunyaanku beranak-pinak dan pemberian orang berdatangan …. Kembalikan harta itu ke perbendaharaan negara (baitul maal)… !
Abu Hurairah menyerahkan hartanya itu kepada Umar, kemudian ia mengangkat tangannya ke arah langit sambil berdu’a: “Ya Allah, ampunilah Amirul Mu’minin
Tak selang beberapa lamanya. Umar memanggil Abu Hurairah kembali dan menawarkan jabatan kepadanya di wilayah baru. Tapi ditolaknya dan dimintanya maaf kerana tak dapat menerimanya. Kata Umar kepadanya: — “Kenapa, apa sebabnya?” Jawab Abu Hurairah: “Agar kehormatanku tidak sampai tercela, hartaku tidak dirampas, punggungku tidak dipukul… !”
Kemudian katanya lagi: “Dan aku takut menghukum tanpa ilmu dan bicara tanpa belas kasih … !”
Pada suatu hari sangatlah rindu Abu Hurairah radhiyallahu anhu hendak bertemu dengan Allah …. Selagi orang-orang yang mengunjunginya mendo’akannya cepat sembuh dari sakitnya, ia sendiri berulang-ulang memohan kepada Allah dengan berkata: “Ya Allah, sesungguhnya aku telah sangat rindu hendak bertemu dengan-Mu,
Semoga Engkau pun demikian … !” Dalam usia 78 tahun, tahun yang ke-59 Hijriyah ia pun berpulang ke rahmatullah.
Di sekeliling orang-orang soleh penghuni pandam pekuburan Baqi’, di tempat yang beroleh berkah, di sanalah jasadnya dibaringkan … ! Dan sementara orang-orang yang mengiringkan jenazahnya kembali dari pekuburan, mulut dan lidah mereka tiada henti-hentinya membaca Hadits yang disampaikan Abu Hurairah kepada mereka dari Rasul yang mulia……..
Salah seorang di antara mereka yang baru masuk Islam bertanya kepada temannya: “Kenapa syekh kita yang telah berpulang ini diberi gelar Abu Hurairah (bapak kucing)? Tentu temannya yang telah mengetahui akan menjawabnya: •’Di waktu jahiliyah namanya dulu Abdu Syamsi, dan tatkala ia memeluk Islam, ia diberi nama oleh Rasul dengan Abdurrahman. Ia sangat penyayang kepada binatang dan mempunyai seekor kucing, yang selalu diberinya makan, digendongnya, dibersihkannya dan diberinya tempat. Kucing itu selalu menyertainya seolah-olah bayang bayangnya. Inilah sebabnya ia diheri gelar “Bapak Kucing”, moga-moga Allah redha kepadanya dan menjadikannya redha kepada Allah……..!

Isnin, 20 Julai 2009

SIRAH: DUTA ISLAM YANG PERTAMA

Mus'ab Bin Umair (Bahagian Akhir)


Demikianlah duta Rasulullah yang pertama yang telah mencapai hasil gemilang yang tiada taranya, satu keberhasilan yang memang wajar yang layak diperolehnya. Hari-hari dan tahun-tahun pun berlalu dan rasulullah bersama para sahabatnyaberhijrah ke madinah.


Orang-orang Quraisy semakin geram dengan dendamnya, mereka menyiapkan tenaga untuk melanjutkan kekerasan terhadap hamba-hamba Allah yang soleh. Terjadilah perang badar dan kaum quraisy pun beroleh pelajaran pahit yang menghabiskan sisa-sisa fikiran sihat mereka, hingga mereka berusaha untuk menebus kekalahan, kemudian datanglah giliran perang uhud, dan kaum Muslimin pun bersiap-siap mengatur barisan. Rasulullah berdiri di tengah barisan itu, menatap setiap wajah orang beriman menyelidiki siapa yang sebaiknya membawa bendera. Maka terpanggillah Mus’ab yang baik dan pahlawan itu tampil sebagai pembawa bendera.


Peperangan berkobar lalu berkecamuk dengan sengitnya. Pasukan oanah melanggar tidak mentaati peraturan Rasulullah, mereka meninggalkan kedudukannya di celah bukit setelah melihat orang-orang musyrik menderita kekalahan dan mengundurkan diri. Perbuatan mereka itu secepatnya merubah suasana, hingga kemenangan kaum muslimin bealih menjadi kekalahan.


Dengan tidak diduga, pasukan berkuda Quraisy menyerbu kaum Muslimin dari bukit, lalu tombak dan pedang pun berdentang bagaikan mengamuk, membantai kaum muslimin yang tengah kacau bilau. Melihat barisan kaum Muslimin porak poranda, musuh pun menujukan serangan ke arah Rasulullah dengan maksud menghantamnya.


Mus’ab bin umair menyedari suasana gawat ini. Maka diacungkannya bendera setinggi-tingginya dan bagaikan ngauman singa ia bertakbir sekeras-kerasnya lalu maju ke muka, melompat, mengelak dan berputar lalu menerkan. Minatnya tertuju untuk menarik perhatian musuh kepadanya dan melupakan rasulullah s.a.w. Dengan demikian dirinya peribadi bagaikan membentuk barisan tentera.


Sungguh, walaupun seorang diri, tetapi Mus’ab bertempur laksana pasukan tentera besar. Sebelah tangannya memegang bendera bagaikan taming kesaktian, sedang yang sebelah lagi menebaskan pedang dengan matanya yang tajam. Tetapi musuh kian bertambah banyak juga, mereka hendak menyeberang dengan menginjak-injak tubuhnya untuk mencapai Rasulullah.


Sekarang marilah kita perhatikan saksi mata, yang akan menceritakan saat-saat terakhir pahlawan besar Mus’ab bin Umair.

Berkata Ibnu Saad: ”Diceritakan kepada kami oleh Ibrahim bin Muhammad bin Syurahbil al Abdari dan bapaknya, beliau berkata:”Mus’ab bin Umair adalah pembawa bendera perang Uhud. Tatkala barisan kaum muslimin pecah, mus’ab bertahan pada kedudukannya. Datanglah seorang musuh berkuda, Ibnu Qumaiyah namanya, lalu menebas tangannya hingga putus, sementara Mus’ab mengucapkan: ”Muhammad itu tiada lain hanyalah seorang Rasul, yang sebelumnya telah didahului oleh beberapa orang Rasul.’ Maka dipegangnya bendera dengan tangan kirinya sambil membongkok melindunginya. Musuhpun menebas tangan kirinya itu hingga putus pula, Mus’ab membongkok ke arah bendera, lalu dengan kedua pangkal lengannya meraihnya ke dada sambil mengucapkan : ” Muhammad itu tiada lain hanyalah seorang Rasul, yang sebelumnya telah didahului oleh beberapa orang Rasul”. Lalu orang berkuda itu menyerangnya ketiga kali dengan tombak, dan menusukkannya hingga tombak itu pun patah. Mus’ab pun gugur, dan bendera jatuh”.


Gugurlah Mus’ab dan jatuhlah bendera. Ia gugur sebagai bintang dan mahkota para syuhada. Dan hal itu dialaminya setelah dgn keberanian luar biasa mengharungi kancah pengorbanan dan keimanan. Di saat itu Mus’ab berpendapat bahwa sekiranya ia gugur, tentulah jalan para pembunuh akan terbuka luas menuju Rasulullah SAW tanpa ada pembela yg akan mempertahankanya. Demi cintanya yg tiada terbatas kepada Rasulullah dan cemas memikirkan nasibnya nanti, ketika ia kan pergi berlalu, setiap kali pedang jatuh menerbangkan sebelah tangannya dihiburkan dirinya dengan ucapan: ”Muhammad itu tiada lain hanyalah seorang Rasul, yang sebelumnya telah didahului oleh beberapa orang Rasul.”

Kalimat yg kemudian dikukuhkan sebagai wahyu ini selalu diulang dan dibacanya sampai selesai, hingga akhirnya menjadi ayat al-Quran yg selalu dibaca orang.

Setelah pertempuran usai, ditemukan jasad pahlawan ulung yg syahid itu terbaring dgn wajah menelungkup ke tanah digenangi darahnya yg mulia. Dan seolah-olah tubuh yg telah kaku itu masih takut menyaksikan bila Rasulullah ditimpa bencana, maka disembunyikan wajahnya agar tidak melihat peristiwa yg dikwatirkan dan ditakutinya itu. Atau mungkin juga ia merasa malu kerana telah gugur sebelum hatinya tenteram beroleh kepastian akan keselamatan Rasulullah, dan sebelum ia selesai menunaikan tugasnya dalam membela dan mempertahankan Rasulullah sampai berhasil.

Rasulullah SAW bersama para sahabat datang meninjau medan pertempuran untuk menyampaikan perpisahan kepada para syuhada. Ketika sampai ke tempat terbaringnya jasad Mus’ab bercucuranlah dengan deras air matanya. Berkata Khabbah Ibnul ’Urrat: ”Kami hijrah di jalan Allah bersama Rasulullah SAW dengan mengharap keredhaanNya, hingga pastilah sudah pahala disisi Allah. Di antara kami ada yg telah berlalu sebelum menikmati pahalanya didunia ini sedikitpun juga. Di antaranya ialah Mus’ab bin Umair yg tewas di perang Uhud. Tak sehelai pun kain untuk menutupinya selain sehelai burdah. Andainya ditaruh diatas kepalanya, terbukalah kedua belah kakinya. Sebaliknya bila ditutupkan ke kakinya terbukalah kepalanya. Maka sabda Rasulullah SAW: ”Tutuplah ke bahagian kepalanya dan kakinya tutupilah dengan rumput idzkhir!”

Bertapa pun luka pedih dan duka yg dalam menimpa Rasulullah kerana gugur bapa saudaranya Hamzah dan di rosak tubuhnya oleh orang-orang musyrik demikian rupa, hingga bercucurlah air mata Nabi dan betapa penuhnya medan peperangan dengan mayat para sahabat dan kawan-kawannya yang masing-masing mereka baginya merupakan panji-panji ketulusan, kesucian dan cahaya. Betapa juga semua itu, Rasulullah tidak melewatkan berhenti sejenak dekat jasad dutanya yg pertama, untuk melepas dan mengeluarkan isi hatinya. Memang, Rasulullah berdiri di depan Mus’ab Bin Umair dengan pandangan mata yg pendek bagai menyelubunginya dengan kesetiaan dan kasih-sayang, dibacanya ayat 23 dalam surah al-Ahzab yg bermaksud,

”Di antara orang-orang Mukmin terdapat pahlawan-pahlawan yg telah menepati janjinya dengan Allah.”

Kemudian dengan mengeluh memandangi burdah yg digunakan untuk kain tutupnya, seraya bersabda: ”Ketika di Mekah dulu, tak seorang pun aku lihat yg lebih halus pakaiannya dan lebih rapi rambutnya daripadamu. Tetapi sekarang ini, dengan rambutmu yg kusut massai, hanya dibalut sehelai burdah.”

Setelah melayangkan pandangan sayu ke arah medan serta para syuhada kawan-kawan Mus’ab yg tergeletak diatasnya, Rasulullah berseru: ”Sungguh, Rasulullah akan menjadi saksi nanti di hari kiamat, bahwa tuan-tuan semua adalah syuhada di sisi Allah.”

Kemudian sambil berpaling ke arah sahabat yg masih hidup, sabdanya: ”Hai manusia! Berziarahlah dan berkunjunglah kepada mereka serta ucapkan salam! Demi Allah yg menguasai nyawaku, tak seorang Muslim pun sampai hari kiamat yg memberi salam kepada mereka, pasti mereka akan membalasnya.”