Muslimah Harapan Ummah
Ummah Mengharapkan Kebangkitanmu Wahai Muslimah
Jumaat, 15 Oktober 2010
Renungan Buat Ikhwan-Akhwat yang Berta'aruf di Dunia Maya
“Ukhti, aku tertarik ta’aruf sama anti.” Itulah kalimat yang sering diadukan oleh para akhwat yang penulis kenal. Dalam satu minggu bisa ada dua tawaran ta’aruf dari ikhwan dunia maya. Berdasarkan curhat para akhwat, rata-rata si ikhwan tertarik pada akhkwat melalui penilaian komentar akhwat.
Banyaknya jaringan sosial di dunia maya seperti facebook, yahoo messenger, dll, menjadikan akhwat dan ikhwan mudah berinteraksi tanpa batas.
Begitu lembut dan halusnya jebakan dunia maya, tanpa disadari mudah menggelincirkan diri manusia ke jurang kebinasaan.
Kasus ta’aruf ini sangat memprihatinkan sebenarnya. Seorang bergelar ikhwan memajang profil islami, tapi serampangan memaknai ta’aruf. Melihat akhwat yang dinilai bagus kualitas agamanya, langsung berani mengungkapkan kata ‘ta’aruf’, tanpa perantara.
Jangan memaknai kata “ta’aruf” secara sempit, pelajari dulu serangkaian tata cara ta’aruf atau kaidah-kaidah yang dibenarkan oleh Islam. Jika memakai kata ta’aruf untuk bebas berinteraksi dengan lawan jenis, lantas apa bedanya yang telah mendapat hidayah dengan yang masih jahiliyah? Islam telah memberi konsep yang jelas dalam tatacara ta’aruf.
Suatu ketika ada sebuah cerita di salah satu situs jejaring sosial, pasangan akhwat-ikhwan mengatakan sedang ta’aruf, dan untuk menjaga perasaan masing-masing, digantilah status mereka berdua sebagai pasutri, sungguh memiriskan hati. Pernah juga ada kisah ikhwan-akhwat yang saling mengumbar kegenitan di dunia maya, berikut ini petikan obrolannya:
“Assalamualaikum ukhti,” Sapa sang ikhwan.
“‘Wa’alikumsalam akhi,” Balas sang akhwat.
“Subhanallah ukhti, ana kagum dengan kepribadian anti, seperti Sumayyah, seperti Khaulah binti azwar, bla bla bla bla…” puji ikhwan tersebut.
Apakah berakhir sampai di sini? Oh no…. Rupanya yang ditemui ini juga akhwat genit, maka berlanjutlah obrolan tersebut, si ikhwan bertanya apakah si akhwat sudah punya calon, lantas si akhwat menjawab.
“Alangkah beruntungnya akhwat yang mendapatkan akhi kelak.”
Sang ikhwan pun tidak mau kalah, balas memuji akhwat. “Subhanallah, sangat beruntung ikhwan yang mendapatkan bidadari dunia seperti anti.”
....Banyaknya jaringan sosial di dunia maya menjadikan akhwat dan ikhwan mudah berinteraksi tanpa batas. Ikhwannya membabi buta, akhwatnya terpedaya....
Owh mengerikan, berlebay-lebay di dunia maya, syaitan tak mau menyia-nyiakan kesempatan ini. Lalu tertancaplah rasa, bermekaran di dada dua sejoli tersebut, yang belum ada ikatan pernikahan.
Dengan bangganya sang ikhwan menaburkan janji-janji manis, akan mengajak akhwat hidup di planet mars, mengunjungi benua-benua di dunia. Hingga larutlah keduanya dalam janji-janji lebay.
Ikhwannya membabi buta, akhwatnya terpedaya……a’udzubillah, bukan begitu ta’aruf yang Rasulullah ajarkan.
Wahai Ikhwan, Jangan Permainkan Ta’aruf!
Muslimah itu mutiara, tidak sembarang orang boleh menyentuhnya, tidak sembarang orang boleh memandangnya. Jika kalian punya keinginan untuk menikahinya, carilah cara yang baik yang dibenarkan Islam. Cari tahu informasi tentang akhwat melalui pihak ketiga yang bisa dipercaya. Jika maksud ta’arufmu untuk menggenapkan separuh agamamu, silakan saja, tapi prosesnya jangan keluar dari koridor Islam.
....Wahai ikhwan, relakah jika adikmu dijadikan ajang coba-coba ta’aruf oleh orang lain? Tentu engkau keberatan bukan?....
Wahai ikhwan, relakah jika adikmu dijadikan ajang coba-coba ta’aruf oleh orang lain? Tentu engkau keberatan bukan? Jagalah izzah muslimah, mereka adalah saudaramu. Pasanglah tabir pembatas dalam interaksi dengannya. Pahamilah, hati wanita itu lembut dan mudah tersentuh, akan timbul guncangan batin jika jeratan yang kalian tabur tersebut hanya sekedar main-main.
Jagalah hati mereka, jangan banyak memberi harapan atau menabur simpati yang dapat melunturkan keimanan mereka.
Mereka adalah wanita-wanita pemalu yang ingin meneladani wanita mulia di awal-awal Islam, biarkan iman mereka bertambah dalam balutan rasa nyaman dan aman dari gangguan JIL alias Jaringan Ikhwan Lebay.
Wahai Ikhwan,
Ini hanya sekedar nasihat, jangan mudah percaya dengan apa yang dipresentasikan orang di dunia maya, karena foto dan kata-kata yang tidak kamu ketahui kejelasan karakter wanita, tidak dapat dijadikan tolak ukur kesalehahan mereka, hendaklah mengutus orang yang amanah yang membantumu mencari data dan informasinya.
....luasnya ilmu yang engkau miliki tidak menjadikan engkau mulia, jika tidak kau imbangi dengan menjaga adab pergaulan dengan lawan jenis....
Wahai ikhwan, luasnya ilmu yang engkau miliki tidak menjadikan engkau mulia, jika tidak kau imbangi dengan menjaga adab pergaulan dengan lawan jenis.
Duhai Akhwat, Jaga Hijabmu!
Duhai akhwat, jaga hijabmu agar tidak runtuh kewibaanmu. Jangan bangga karena banyaknya ikhwan yang menginginkan taaruf. Karena ta’aruf yang tidak berdasarkan aturan syar’i, sesungguhnya sama saja si ikhwan meredahkanmu. Jika ikhwan itu punya niat yang benar dan serius, tentu akan memakai cara yang Rasulullah ajarkan, dan tidak langsung menembak kalian dengan caranya sendiri.
Duhai akhwat, terkadang kita harus mengoreksi cara kita berinteraksi dengan mereka, apakah ada yang salah hingga membuat mereka tertarik dengan kita? Terlalu lunakkah sikap kita terhadapnya?
Duhai akhwat, sadarilah, orang-orang yang engkau kenal di dunia maya tidak semua memberikan informasi yang sebenarnya, waspadalah, karena engkau adalah sebaik-baik wanita yang menggenggam amanah Ilahi. Jangan mudah terpedaya oleh rayuan orang di dunia maya.
....berhiaslah dengan akhlak islami, jangan mengumbar kegenitan pada ikhwan yang bukan mahram....
Duhai akhwat, berhiaslah dengan akhlak islami, jangan mengumbar kegenitan pada ikhwan yang bukan mahram, biarkan apa yang ada di dirimu menjadi simpanan manis buat suamimu kelak.
Duhai akhwat, ta’aruf yang sesungguhnya haruslah berdasarkan cara Islam, bukan dengan cara mengumbar rasa sebelum ada akad nikah. [Yulianna PS/voa-islam.com]
http://www.voa-islam.com/teenage/young-spirit/2010/10/10/10760/renungan-buat-ikhwanakhwat-yang-bertaaruf-di-dunia-maya/
siswihaluan
Rabu, 28 Julai 2010
Seminar Kesejahteraan Mahasiswa (SKEMA VI)
Isnin, 26 Julai 2010
Pesanan dan Peringatan
Apabila memperkatakan cinta tentunya suatu yang indah dan penuh dengan kemanisan, hanya orang yang dilamun cinta sahaja akan dapat merasai dan untuk menceritakan mungkin sukar akan dipahami bagi orang yang belum melaluinya. Berbagai-bagai perasaan yang ada ketika bercinta namun yang positive sentiasa mengatasi segala perasaan lain. Pengorbanan adalah lambang bagi cinta yang agung, tiada rasa takut, tiada rasa bimbang, tiada rasa keletihan bagi melindungi atau memberikan yang terbaik buat yang dicintainya.
Bagaimana perasaan cinta kita kepada ALLAH SWT? Kita dalam satu perjalanan untuk memilih cinta, apakah kita telah melakukan suatu keputusan untuk memilih cinta Allah swt didalam kehidupan ini? Tanpa kita memilih masa terus berlalu dan akhirnya masa yang kita ada semakin berkurangan dan kita tidak kesempatan untuk membuktikkan cinta kita kepada Alllah swt, bukan berapa lama kita bercinta yang penting tetapi apakah selepas kita melakukan keputusan untuk benar-benar bercinta kita dapat melakukan dengan sebaik mungkin dengan sepenuh hati dan keikhlasan kepada Allah swt.
Mungkin sukar untuk merasakan akan penyerahan yang sebenar-benarnya atas dasar cinta yang tulus untuk mendapat keredaan dari Allah swt. Cinta itu akan menyebabkan kita tiada kebebasan didalam pilihan kita, kita terasa setiap detik dan masa yang berlalu akan terfikir apakah yang boleh ku lakukan bagi mendapat keredaaNya, terasa akan sentuhan dan kata-kataNya melalui Al Quran, merasai kemanisan dan sentiasa kegembiraan kerana janji yang benar. Kehidupan ini seperti suatu perjalanan yang ternanti-nanti bilakah akan berakhirnya kerana tidak sabar untuk menemui kekasih dengan membawa apa sahaja yang mungkin untuk membuktikan cinta.
Setiap saat yang berlalu sungguh besar ertinya kerana setiap saat perlu untuk melakukan pengorbanan bagi menyediakan diri agar sentiasa dikasihi, tidak sanggup terputus dengan pandangan, tidak sanggup melakukan sesuatu yang akan menyebabkan kekasih membenci, tidak sanggup berpisah kerana segalanya adalah demi yang tercinta. Adakah ini perasaan laila majnun? Mungkinkah pencarian ini dapat dilakukan oleh manusia hari ini? Adakah kita mampu mendapatkan segala-galanya sekiranya kita tidak bermula sekarang melihat kitab Al Quran yang merupakan sumber segala kebenaran bagi kehidupan dunia dan akhirat.
Sekiranya hari ini kita bermula untuk melihat satu ayat Al Quran dan merenung dengan teliti, kita perlukan 22 tahun 22 hari untuk menelitinya, (ayat alquran = 6666 atau 6620 ayat) sekiranya kita menghafal satu ayat sehari mungkin setelah 22 tahun nanti kita akan menjadi orang yang menghafal Al quran. Namun masa tetap berlalu, 22 tahun tetap akan mendatang dan adakah mungkin kita dapat melakukannya bergantung sejauh mana kita benar-benar mencari cinta abadi Allah swt didalam kehidupan kita. Allah hu alam
Prof Madya Dr. Asmawati Desa
siswihaluan
Jumaat, 23 Julai 2010
Surat Dari Mujahidah Gaza Untuk Kita
Pasca kepulangan tim Relawan Komat yang berangkat ke Gaza, Palestina, beberapa waktu lalu, sebuah surat khusus dari mujahidah Palestina dititipkan melalui Relawan KOMAT Palestina, al-Ustadz Muhammad Ikhwan Abdul Jalil, Lc.
Surat tersebut berbahasa Arab yang kemudian diterjemahkan oleh Divisi Kajian Komat Palestina, ustadz Abul Miqdad Al-Madany. Berikut isi surat terbuka yang diperuntukkan kepada para muslimah di Indonesia ini.
Bismillahirrahmanir rahim
Saudari-saudariku para muslimah di Indonesia…
Aku sampaikan salam penghormatanku untuk kalian, salam penghormatan Islam yang agung:
Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wa barakatuh,
Amma ba’du…
Kami adalah saudari-saudari muslimah kalian di Palestina. Kami tumbuh di medan ribath dan jihad. Dan kami selalu berusaha untuk berpegang teguh pada agama kami yang agung, serta mendidik anak-anak kami untuk itu. Karena berpegang teguh pada agama Islam adalah (satu-satunya) tali keselamatan, berdasarkan Firman Allah Ta’ala dalam Surah Ali Imran:
“Dan barang siapa yang menginginkan selain Islam sebagai agama, maka itu tidak akan diterima darinya, dan kelak di akhirat ia termasuk orang-orang yang merugi.”
Karena itu, kami selalu berusaha untuk komitmen dengan al-Qur’an dan keislaman kami. Dan seperti itu pula komitmen pemerintahan Islam kami untuk menumbuhkan sebuah generasi yang selalu menjaga al-Qur’an, serta melahirkan ribuan penghafal Kitabullah di setiap tahunnya.
Dari bumi Palestina,medan ribath ini, kami mengirimkan surat persaudaraan dari lubuk hati yang dipenuhi cinta kepada saudari-saudari kami di Indonesia. Melalui surat ini, kami haturkan rasa terima kasih kepada semuanya atas sikap dan dukungan mereka untuk anak-anak bangsa Palestina kami.
Melalui surat ini juga, kami mendorong mereka untuk selalu mentarbiyah (membina) anak-anak mereka dengan tarbiyah Islamiyah dan komitmen dengan Syariat Allah; karena dalam itu semua terdapat pembinaan terhadap ruh dan jiwa, serta keteladanan terhadap akhlak Rasul kita yang mulia Shallallahu ‘ALaihi wa Sallam dan para sahabatnya yang mulia. Perhatikanlah sahabat mulia, ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu ketika mengatakan:
“Janganlah seorang dari kalian meminta dari dirinya selain al-Qur’an. Sebab jika ia mencintai al-Qur’an dan mengaguminya, niscaya ia akan mencintai Allah Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Namun jika membenci al-Qur’an, maka ia akan membenci Allah Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.”
Karena itu, siapakah di antara kita yang dapat menerima dirinya atau anak-anaknya menjadi orang yang benci kepada Allah dan Rasul-Nya yang kelak akan memberi syafaat kepada kita di hari kiamat?
Itulah sebabnya, saya membisikkan ke telinga saudara-saudara kami tercinta, kaum muslimin di manapun berada: “Kalian harus terus mempelajari dan menghafalkan al-Qur’an, serta berpegang teguh dengan ajaran-ajaran Islam. Sebab sesungguhnya siapapun yang menginginkan kemuliaan dengan Islam, niscaya Allah akan memuliakannya. Namun siapa yang mencari kemuliaan dengan selain Islam, niscaya Allah akan menghinakannya.”
Semoga Allah selalu memberikan taufiq-Nya untuk kalian untuk mengikuti apa saja yang dicintai dan diridhai-Nya.
Saudari-saudarimu, para muslimah yang sedang berjihad di bumi Palestina
Gaza, 29/6/2010.
Marilah sama-sama kita pertingkatkan keimanan kita dan membangunkan diri untuk mencapai kemuliaan yang telah dijanjikan Allah.
Wahai Muslimah, Tarbiyah fi Aidikum fi aidikum faqad....tarbiyah di tangan kamu..ditangan kamu sahaja..
siswihaluan
Isnin, 19 Julai 2010
Soal Jawab Bersama Prof. Madya Dr Asmawati Desa
Alhamdulillah wa syukurlillah siswihaluan masih diberi kesempatan untuk kembali menemui anda semua, setelah bercuti sekian lama dari blog ni akibat kesuntukan waktu dek pelbagai urusan menyebabkan terdapat beberapa entry terpaksa ditangguhkan penulisannya...afwan ya pada pengunjung blog siswihaluan....InsyaAllah kami akan cuba untuk sentiasa update bahan-bahan dan buah fikiran serta perkongsian pengalaman agar bisa dijadikan panduan dan pengajarn bersama dalam rangka meraih redha Ilahi.
Baru-baru ni, kotak mail kami telah diketuk oleh dua orang pembaca yang menghantar soalan kepada kami, Oleh itu siswihaluan telah memberi laluan kepada penasihat kami yang kami kasihi iaitu Prof. Madya Dr Asmawati Desa untuk menjawab soalan-soalan tersebut. Disini siswihaluan sertakan bersama soalan dan jawapan untuk tatapan penanya dan semua pembaca ya..
Soalan 1:-
dr:- Maysarah Zainol Abidin
Jawapan dari Prof. Madya Dr. Asmawati Desa
Waalaikumussalam saudari Maysarah,
Soalan 2:-
Assalamualikum, ana abdullah (pelajar permpuan) ana ada masalah dalam menentukan matlamat hidup. ana berasa keseorangan walaupun kita tahu ada allah. sebenarnya masalah ana nih asyik pikir negatif je, macam mana nak buang pemikiran yang negetif, pandangan2 negetif. bila ada masalah, macam2 la nmpak perkara x baik.. jadi apakah puncanya ses seseorang itu berfikiran negetif, adakah punca drpd keluarga, diri atau macam2 lagi ...ana buntu... dan x tahu nak cakap macam mana...!!???+_@#$@4 AKU TAK TAHUUUU!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!1 BENCI HIDUP... BENCI BENCI... AKU NIH TAK GUNA, ADA TARBIYYAH TAPI IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII, TOLONG,,,,BENCI......YA ALLAH TOLONGLAH AKU............TOLONG,, WHO CAN HELP ME?????????????/ NO ONE................... EVERY BODY ARE USELESS... SAME TO ME........................... ASTAGHFIRULLAH,....... HHM........................... Inilah yang sering menghantui pikiran saya.. saya pelajar tingkatan tiga dan masih muda dan TAK NAK sia sia dalam hidup... kenapa saya x boleh terima kenyataan?????????????!!!!assalamualikum........
dr: Masturah
Jawapan dari Prof Madya Dr Asmawati Desa
Semoga sedikit perkongsian kami pada kali ini memberi manafaat kepada semua. siswihaluan
Rabu, 14 April 2010
Pemudi yang bagaimana pilihan kita?
Wahai Muslimah...wahai pemudi, peranan Muslimah sangat besar dalam Islam...kita mahu jadi wanita yang bagaimana?? Pilihan ada di tangan kita..
Sheikh Mustafa Mashur berkata dalam kitabnya MIN FIQHI AL-DAKWAH :
" Wahai saudari-saudari sekalian, kamu semua mempunyai peranan yang penting dalam jihad, maka mulakanlah di rumah kamu dengan mendidik anak-anak kamu, tanamkan semangat jihad dalam diri anak-anak kamu, semoga mereka bersedia untuk berjihad di jalan Allah swt. "
Imam Al-Syauqi mengatakan :
“ Wanita itu ibarat Madrasah, jika kamu mempersiapkan mereka maka sesungguhnya kamu sedang mempersiapkan bangsa yang agung dan unik dimasa hadapan.”
Wanita muslimah zaman lampau peranan mereka di dalam peperangan adalah menyediakan makanan dan minuman dan merawat pejuang-pejuang yang mengalami kecederaan, dan terkadang waktunya ada juga yang berperanan mengangkat senjata, sebagaimana serikandi Nusaibah bt Ka’ab yang mana beliau mempertahankan nabi saw dalam peperangan Uhud.
1. Siapakah yang hendak mencontohi Nusaibah RAH? Ketika Perang Uhud, Nusaibah keluar memberi minum kepada pasukan Muslimin yang kehausan dan merawat mereka yang mendapat luka. Apabila tentera Islam menjadi terdesak dan lari dari medan perang, cuma ada seratus orang sahaja yang tetap bertahan dan Nusaibah adalah salah seorang yang menghunuskan pedang serta memakai perisai bagi melindungi Rasulullah dari diserang musuh.Kesungguhan Nusaibah melindungi Rasulullah begitu hebat, hinggakan Rasulullah berkata, Aku tidak menoleh ke kiri dan ke kanan kecuali melihat Ummu Imarah (Nusaibah) berperang dihadapanku. Ketika itu, anaknya Abdullah luka parah ditikam musuh. Dia mengikat luka anaknya lalu berkata, Bangun wahai anakku. Anaknya itu terus bangun dan melawan tentera musuh. Rasulullah yang melihat peristiwa itu bersabda. Wahai Ummu Imarah, siapakah yang mampu berbuat seperti mana yang engkau lakukan? Ketika tentera musuh yang menikam anaknya itu menghampiri, Rasulullah berkata kepadanya, Ini dia orang yang telah melukakan anakmu. Nusaibah menghampiri orang itu dan menikam betisnya dengan pedang. Ya, Ummu Imarah! Engkau berjaya membalasnya, kata Rasulullah sambil tersenyum melihat kesungguhan Nusaibah.
2. Ramai manusia sudah melupakan Ummul Mukminin Khadijah binti Khuwailid. Dialah yang digelar Afifah Solehah (wanita suci). Seorang wanita yang sanggup berkorban segala kekayaannya untuk membantu dakwah Rasulullah SAW. Dialah yang paling pertama beriman, tanpa meragukan seruan Rasulullah SAW. Dialah wanita, yang menenangkan suaminya yang ketakutan tanpa memperlekehkan. Dialah wanita, yang tegar bertahan susah senang bersama suaminya, sehingga nyawa ditarik ALLAH SWT. Bayangkan, dia adalah seorang yang kaya raya, hartawan, tetapi sanggup dipulau bersama Rasulullah SAW selama 3 tahun 3 bulan dan makan pucuk kayu sahaja hingga mulut menjadi pecah.
3. Ramai juga terlupa dengan Fatimah Az-Zahrah binti Rasulullah SAW. Dialah yang bertahan di sisi Rasulullah SAW ketika ayahandanya itu diseksa teruk. Tanpa kecewa, tanpa rasa hendak berputus asa, dia sentiasa membantu ayahandanya yang sering disakiti. Tangannya yang bersih dan suci itulah yang mencuci najis yang dibalingkan ke tubuh ayahandanya. Tangannya yang suci itulah yang membersihkan segala luka ayahandanya. Seorang wanita yang tabah, kuat menempuhi segala dugaan.
4. Ramai yang telah terlupa akan seorang wanita bernama Asiah. Dia adalah isteri kepada Firaun yang menentang Musa. ALLAH telah menjadikan bicara lembutnya menyelamatkan Musa AS dari dibunuh Firaun. ALLAH juga menjadikan dia antara yang beriman dengan seruan Musa AS. Malah, ALLAH telah merakamkan namanya di dalam Al-Quran, dan menjanjikan kepadanya syurga atas balasan ketabahannya dalam mengharungi hidup bersama Firaun dan menerima segala seksaannya dalam mengekalkan deen ISLAM dalam dirinya.
5. Ramai pula yang tidak tahu berkenaan Masyitah. Dia adalah tukang penyisir rambut anak Firaun. Beriman kepada ALLAH SWT dan Nabi Musa, kemudian keimanannya diketahui oleh Firaun. Akhirnya dia bersama suami, serta anaknya yang masih bayi telah dicampakkan ke dalam kuali penuh minyak mendidih. Walaupun nyawa di hujung tanduk, imannya tidak tergadai, malah terjun dengan penuh keyakinan. Masyitah mati syahid mempertahankan imannya dari digadai.
6. Ramai juga yang telah terlupa kepada Si Suci Maryam, ibu kepada Isa AS. Sang Perawan itu menjaga dirinya, mengabdikan diri dalam bilik yang terkunci, ALLAH memuliakannya dengan memilih Zakaria as sebagai penjaga. Maryam yang suci inilah dipilih ALLAH untuk mengandungkan Isa AS. Apabila dia melahirkan Isa AS dan ditohmah dengan pelbagai dugaan, dia bergantung kepada ALLAH, dan bersangka baik atas segala apa yang berlaku ke atasnya. Akhirnya anaknya Isa AS boleh berbicara dan menyeru manusia sedari buaian.
7. Siapakah pula yang hendak menjadi seperti Ummu Sulaim? Dia berkahwin dengan Abu Talhah dengan bermaharkan iman. Abu Talhah seorang kafir ketika itu, jatuh hati kepada Ummu Sulaim yang masih muslim. Ummu Sulaim berkata: Jika hendak mengahwiniku, maka maharnya adalah iman. Maka islamlah Abu Talhah. Sehingga ada sahabat yang berkata, Aku belum pernah melihat seorang wanita sama sekali yang lebih mulia maskawinnya dibandingkan dengan maskawin Ummu Sulaim. Malah, dia mentarbiyyah suaminya, sehingga suaminya menjadi seorang sahabat yang komited..
Siapa yang tidak kenal dengan Abu Talhah? Dialah yang menyambut semua panahan yang ditujukan kepada Rasulullah SAW, pada hari Uhud dengan belakang tubuhnya. Lihatlah bagaimana Ummu Sulaim mentarbiyyah suaminya? Adakah lagi isteri yang sebegitu hari ini?
8. Siapakah pula yang mengingati isteri kedua Rasulullah SAW, Ummu Salamah? Bagaimana cerdiknya dia, bijaknya dia sehinggakan dia menjadi penasihat yang baik kepada Rasulullah SAW. Ketika peristiwa Perjanjian Hudaibiyyah, apabila Rasulullah mengarahkan semua sahabat-sahabatnya menyembelih haiwan dan bercukur rambut, tiada seorang pun yang bangkit menyahut arahannya. Rasulullah SAW hairan, lantas kembali ke khemah, lalu berkata di hadapan Ummu Salamah, Kenapakah berlaku begitu? Ummu Salamah berkata, Jangan kau hiraukan mereka, cukurlah rambutmu, dan sembelihlah haiwanmu Bila Rasulullah SAW melakukan, semua sahabat mengikuti.
9. Siapakah pula yang hendak mencontohi isteri Rasulullah SAW, Aisyah RA? Ketika peristiwa Hadith Ifki (kisah rekaan) berlaku, menumpahkan fitnah ke atasnya, mengotorkan namanya, dia tetap teguh, yakin kepada ALLAH SWT. Tiada sebentar pun dia bersangka buruk kepada ALLAH SWT bila ditimpa dugaan.
10. Siapakah pula yang mengingati Asma binti Abu Bakr? Dia digelar Zat An-Nitaqain kerana mengoyakkan tali pinggangnya kepada dua untuk membawa makanan kepada Rasulullah SAW dan bapanya Abu Bakr RA ketika persembunyian di Gua Thur. Dialah juga yang dilempang oleh Abu Jahal sehingga tercabut subang di telinganya, kerana tidak mahu memberitahu posisi Rasulullah SAW dan bapanya ketika hijrah. Dialah juga yang mentarbiyyah anaknya, Abdullah Ibn Zubair RA, sehingga menjadi seorang sahabat Rasulullah SAW yang berani.
11. Siapakah pula yang ingat kepada Khansa? Dia mempunyai empat orang anak. Dia mentarbiyyah empat orang anaknya dengan baik. Apabila mendapat seruan jihad, dihantarnya anaknya yang sulung. Anak sulungnya syahid. Dihantar pula yang kedua. Yang kedua juga syahid. Dihantar pula yang ketiga. Yang ketiga juga syahid. Begitu jugalah juga dia menghantar anaknya yang keempat, dan yang keempat itu pun syahid. Akhirnya dia menangis. Orang berkata, Khansa kesedihan kerana kehilangan semua anaknya Tetapi tahukah kalian apakah jawapannya? Diamlah kalian, sesungguhnya aku bersedih kerna aku tidak punya anak lagi untuk dihantar berjihad di jalan ALLAH
• Wahai wanita hari ini, siapakah antara kamu yang mengingati mereka?
• Wahai lelaki hari ini, siapakah antara kamu yang mengenang mereka?
• Wahai ummah hari ini perempuan dan wanita mana yang kamu puja dan puji?
• Oh masyarakat hari ini, wanita bagaimana yang kamu sanjungi?
• Oh pemudi hari ini, wanita mana yang kamu ikuti dan contohi?
• Oh pemuda hari ini, wanita yang bagaimana kamu gila-gilai untuk jadikan isteri?Sesungguhnya wanita- wanita dalam lipatan sirah ini telah dilupakan. Mereka sememangnya wanita- wanita yang telah dilupakan. Sedangkan pada diri mereka, terdapat kemuliaan yang tiada tandingan.
siswihaluan
Jumaat, 2 April 2010
Cantiknya Islam, Cantiknya Iman, Cantiknya Ihsan
“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya dan di akhirat termasuk orang-orang yang rugi”
Berikut siswihaluan petik tulisan beliau untuk sama-sama kita hayati.
Islam telah berusaha untuk menanamkan tata Rabbani kepada jiwa setiap Muslim di dalam kehidupannya melalui pelbagai cara. Cara-cara tersebut ialah:
1. Melalui Jalan ‘Ibadah
Melalui ibadah-ibadah wajib dan sunat yang digalakkan oleh Islam. Melalui pengulangan solah lima waktu setiap hari. Solah merupakan ruh seperti ruh yang ada pada setiap jasad. Ia sentiasa menemukan muslim dengan Allah SWT.
Tatkala manusia tenggelam dalam permasalahan hidup, maka bangunlah mu’azzin melaungkan kalimah Allahu Akbar, mempersaksikan hanya Allah SWT Ilah yang ditauhidkan dan Muhammad adalah Rasulullah, mengajak menunaikan solah pada waktunya dan mengajak kepada kemenangan yang hakiki. Lalu terangkatlah muslim dari kesebokan dunia untuk berhadapan dan mengadap Allah bagi beberapa waktu yang khusus. Solah akan mendorongnya untuk menyeru ke arah kebaikan diri dan umat. Solah mengangkat dirinya dari alam kebendaan ke alam keruhanian dan daripada keegoan diri sendiri kepada mengutamakan orang lain.
Berpuasa sebulan yang diulangi pada setiap tahun juga menanamkan ruh rabbani ke dalam jiwa muslim. Ketika berpuasa, muslimin mengharamkan dirinya daripada terlalu menurut hawa nafsu samada ketika makan minum, hubungan jenis dan segala aktiviti kehidupan.
Setiap hari, bermula dari terbit fajar hingga jatuh matahari, merupakan tarbiyyah bagi kemahuan dan kehendak nafsu. Puasa melatih muslim untuk menuju taqwa demi mencapai kesempurnaan ibadah kepada Allah SWT. Allah SWT berfirman dalam sebuah Hadith Qudsi, mafhumnya:
“Puasa itu kepunyaanKu dan Aku sendiri yang akan membalasnya; hamba yang meninggalkan makanan keranaKu, hamba yang meninggalkan minuman keranaKu, hamba yang meninggalkan isteri keranaKu dan hamba yang meninggalkan kelazatan keranaKu.”
Berzakat, dengan selalu mengeluarkan harta dapat menghapuskan sifat bakhil, membersihkan harta dan membersihkan jiwa. Disamping itu memupuk rasa syukur kepada Allah SWT di atas segala ni’mat pemberianNya. Firman Allah SWT:
“Ambillah zakat dari sebahagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan.”- Surah at-Taubah: 103
Zakat mengandungi makna pembersihan, penumbuhan dan keberkatan. Manakala perkataan Dharibah (cukai) pula mengandungi makna pemaksaan, kekerasan dan hutang. Dengan demikian tuntutan Islam menunaikan zakat adalah secara suka rela dan redha meredhai serta memohon kepada Allah SWT dengan do’a yang bermaksud:
“Ya Allah! janganlah jadikan (zakat ini) sebagai barang rampasan tetapi jadikan (zakat ini) sebagai hutang.”
Haji pula memisahkan seseorang Muslim dari tanah air, keluarga dan sanak saudara. Orang yang menunaikan haji berhijrah kepada Allah SWT, mengorbankan diri dan harta, menanggung beban perpisahan dan beberapa kesusahan kerana menunaikan kehendak Allah SWT hinggalah sampai ke Tanah Suci. Di Tanah Suci itu telah didirikan rumah ibadah pertama di muka bumi ini. Di situ terdapat sejarah penghijrahan Nabi Ibrahim AS dan pengorbanan Nabi Ismail AS. Juga kesan-kesan peninggalan Nabi Muhammad SAW dan da’wah baginda.
Di Tanah Suci orang Islam dari pelbagai bangsa dan keturunan meninggalkan sesuatu yang melambangkan gejala-gejala perbezaan seperti kedudukan, pangkat, keturunan dan negeri. Mereka memakai pakaian seakan-akan kain kafan orang mati. Pakaian itu lahir semasa haji dan lebih tinggi kedudukannya. Muslim menghalakan segala hati, lisan, perasaan dan harapan kepada Allah SWT:
“Aku perkenankan seruanMu wahai Tuhanku, aku perkenankan seruanMu, yang tiada sekutu bagiMu. Sesunguhnya segala pujian dan nikmat adalah kepunyaanMu dan juga segala pemerintahan, Dan tiada sekutu bagiMu.”
Ibadah fardhu yang asasi merupakan batasan minima yang mencorakkan hubungan manusia dengan Allah SWT. Islam juga membuka pintu bagi seseorang melakukan amalan-amalan nawafil demi mendekatkan diri kepada Allah SWT disamping melakukan perkara yang disukaiNya. Antaranya solah-solah sunat di samping solah-solah wajib lima waktu, puasa-puasa sunat di samping puasa wajib Ramadhan, sadaqah-sadaqah di samping zakat yang wajib, umrah di samping haji yang wajib. Berdasarkan amalan-amalan ini, terjadilah perlumbaan di kalangan mereka yang ingin berlumba-lumba membuat kebaikan dan dahulu mendahului di kalangan orang-orang yang bertaqwa kepada Allah SWT.
Dalam sebuah hadith Qudsi Allah SWT berfirman yang bermaksud:
“Tiada yang lebih sempurna taqarrub hambaKu kepadaKu kecuali dengan menunaikan fardhu-fardhu yang Aku wajibkan ke atasnya, hambaKu yang sering mendekatkan diri kepadaKu dengan melakukan Nawafil sehingga Aku senangi dan Aku cintai. Apabila Aku telah menyenanginya, Aku melindungi pendengarannya yang dengannya ia mendengar, matanya yang dengannya ia melihat, tangannya yang dengannya ia mempergunakannya. Jika ia meminta perlindungan, Aku beri perlindungan kepadanya dan jika ia meminta sesuatu Aku beri kepadanya.” - Hadith Riwayat Bukhari
BUKANLAH ibadah itu (samada fardhu atau sunat) hanya menghubungkan seseorang makhluk dengan Khaliknya semasa melakukan ibadah itu sahaja, selepas itu ia tidak lagi berhubung dengan Allah sehingga ia kekal atau kembali semula kepada kehidupan mengikut hawa nafsunya. Sama sekali tidak. Peranan ibadah adalah menanamkan Islam ke dalam hati orang-orang yang menunaikannya, menanamkan taqwa kepada Allah SWT yang Maha Tinggi kedudukanNya, memberikan bekalan ingatan kepadaNya tatkala lupa, menguatkan azam tatkala lemah dan menerangi jalan hidup tatkala lampu-lampu yang menerangi kelilingnya menjadi malap atau padam.
Islam tidak menyukai seseorang Muslim yang hanya menjadi manusia Rabbani di dalam masjid. Di dalam masjid ia ruku’, sujud, bermunajat dan berdo’a, tetapi apabila keluar dari masjid corak hidupmya berubah dari Insan Rabbani kepada Insan Haiwani atau Insan Syaitani.
Islam juga tidak menyukai seseorang Muslim yang hanya menjadi manusia Rabbani di bulan Ramadhan. Apabila hilang bulan Ramadhan maka hilanglah padanya sifat ibadah dan taat kepada Allah SWT. Seolah-olah ia menyembah bulan Ramadhan bukan Rabb bulan Ramadhan. Salaf as-Saleh di kalangan Umat Islam berkata, “Jadilah orang-orang Rabbani, tetapi janganlah menjadi orang-orang yang hanya beribadat di bulan Ramadhan sahaja.”
Islam juga tidak suka seseorang itu hanya menjadi Rabbani ketika ia berada di sisi Bait al Haram, Masjid al-Haram, Masjid an-Nabawi dan Masya’ir Muqaddasah. Apabila selesai sahaja ibadah haji maka selesailah sudah tuntutan umrah, haji dan ziarah. Apabila berkira bicara untuk pulang, maka ia lupa udara Rabbani serta makna Rabbani. Tenggelamlah ia di dalam perut kehidupan kebendaan sebagaimana tenggelamnya orang-orang yang lalai.
Islam tidak suka Muslim seperti ini. Islam menghendaki seseorang Muslim sentiasa mempunyai hubungan dengan Allah di masjid, di jalan, di tempat kerja, di bulan Ramadhan dan di semua tempat serta keadaan. Rasulullah S.A.W. berpesan yang bermaksud:
“Bertaqwalah kamu kepada Allah SWT di mana sahaja kamu berada.” - Hadith Riwayat Tirmizi.
Firman Allah SWT:
"Dan kepunyaan Allah timur dan barat, maka ke mana kamu menghadap di situlah wajah Allah.” - Surah al-Baqarah: ayat 115.
Sabda Rasulullah SAW lagi yang bermaksud:
“Sebaik-baik malan yang disukai Allah ialah amalan yang sentiasa dilakukan walaupun sedikit.” - Hadith Riwayat Bukhari.
2. Melalui Jalan Akhlaq
Jalan seterusnya untuk menanam tata Rabbani ke dalam hati Muslim dan kehidupannya ialah melalui jalan akhlak assalimah. Akhlak lahir pada setiap ketika dalam kehidupan muslim samada yang merupakan tingkah laku individu atau masyarakat.
Islam mengambil kesempatan menghubungkan seseorang Muslim dengan Allah melalui akhlak seharian. Apabila ia duduk di hadapan hidangan makanan, ia dahulukan dengan menyebut nama Allah, Bismillahirrahmanirrahim. Allah SWT yang menyediakan sebab-sebab sehingga sampai rezeki yang halal kepadanya.
Apabila ia merasa kenyang dan beredar daripada hidangan maka disudahi pula dengan pujian kepada Allah, Alhamdu Lillah.
Apabila minum ia berkata (yang bermaksud):
“Segala pujian bagi Allah SWT yang menjadikan air seenak sungai Furat dengan rahmatNya dan tidak menjadikan air masin dan pahit dengan sebab-sebab dosa kami.”
Apabila memakai pakaian ia berkata (yang bermaksud):
“Segala Pujian kepada Yang telah memberikan pakaian kepadaku. Wahai Rabbku, bahawasanya aku memohon kepadaMu daripada kebajikan pakaian ini dan daripada sesuatu pakaian ini dibuatkan untuknya. Dan aku berlindung dengan Engkau daripada kejahatan pakaian ini dan daripada kejahatan sesuatu yang pakaian ini dibuatkan untuknya.”
Begitulah ia berdoa apabila memenfaatkan sesuatu ni’mat pemberian Allah SWT.
Apabila ia menunggang binatang atau menaiki sebarang kenderaan ia berkata (yang bermaksud):
“Maha Suci Yang menggerakkan kenderaan ini untuk kita, pada hal sebenarnya kita tidak memiliki kekuatan untuk menundukkannya dan bahawasanya kita pasti kembali kepada Rabb kita.”
Apabila bersafar ia berkata (yang bermaksud):
“Wahai Rabb, Engkaulah teman di dalam safar ini dan Engkaulah yang menjadi pengganti penjaga keluargaku. Wahai Rabb temanilah kami di dalam safar kami dan lindungilah keluarga kami.”
Dan apabila pulang dari safar ia berkata (yang bermaksud):
“Kami adalah orang yang kembali, orang yang bertaubat, orang yang beribadat, orang yang memuji Allah, Rabb kami.”
Apabila meletakkan rusuknya untuk tidur ia berkata (yang maksudnya):
“Dengan nama Engkau, ya Rabbku, aku letakkan rusukku dengan nama Engkau dan dengan nama Engkau juga aku mengangkatnya.”
Dan apabila bangun dari tidur untuk menaiki bahtera kehidupan ia berkata (yang bermaksud):
“Segala pujian bagi Allah yang telah menghidupkan aku sesudah mematikan aku dan kepadanya tempat kembali.”
Malah ketika menyetubuhi isteri, seseorang Muslim masih mengingati unsur Rabbani, yang mengurangkan kerakusan dan membawa ia ke ufuk yang tinggi. Ia berkata (yang bermaksud):
“Dengan nama Allah, wahai Rabb, jauhilah kami daripada godaan Syaitan dan jauhkanlah pula daripada godaannya terhadap apa sahaja yang Engkau anugerahkan kepada kami.”
Begitulah kehidupan seorang Muslim. Ia tidak pernah lupa kepada Allah. Tidak pernah lalai dalam hubungan dengan Allah, malah merasa dekat denganNya dan jinak dengan-Nya. Tata rabbani sentiasa bersamanya ke mana sahaja ia pergi.
3. Melalui Jalan Pendidikan Dan Pembentukan
Jalan pendidikan dan pembentukan merupakan jalan yang paling penting dan berkesan. Pendidikan hendaklah bermula di rumah, kemudian di sekolah. Tata rabbani hendaklah ditanam ke dalam fikiran anak-anak yang sedang membesar dengan menggunakan cara yang baik dan berhikmah.
Jika bapa merasai bertanggunjawab untuk menyediakan makanan dan kebendaan kepada anak-anaknya supaya mereka tidak terdedah kepada penyakit dan maut, maka lebih-lebih lagi bapa bertanggungjawab untuk memberi makanan ruh kepada mereka. Bapa tidak patut lalai daripada menunaikan tanggungjawab yang membawa kerosakan lebih dahsyat daripada kelaparan atau maut. Kelalaian pendidikan akan mendedahkan anak-anak kepada kematian hati atau ruhani. Kematian hati akan membawa kepada kerosakan yang berkekalan. Sebab itulah pendidikan sangat penting. Sabda Rasulullah SAW:
“Setiap orang adalah pengembala dan setiap daripada kamu bertanggungjawab terhadap gembalaannya.” - Hadith Riwayat Muslim dan Bukhari
Firman Allah SWT:
“Hai orang-orang yang beriman, periharalah diri kamu dan keluarga kamu dari api neraka.” - Surah at-Tahrim: ayat 6
Ibu bapa diwajibkan mendidik anak-anak mereka agar taat kepada Allah SWT. Apabila anak-anak telah sampai kepada umur yang boleh menerima pengajaran iaitu tujuh tahun, mereka dididik agar menunaikan apa yang difardhukan Allah SWT. Ketegasan pula perlu digunakan ketika mereka berumur sepuluh tahun. Sabda Rasulullah SAW (yang bermaksud):
“Latihlah anak-anak kamu menunaikan solah ketika berumur tujuh tahun, pukullah mereka ketika berumur sepuluh tahun.” -Hadith Riwayat Bukhari
Suruhan memukul bukanlah bererti menganiaya atau menyiksa kanak-kanak. Bahkan memukul itu sebagai tanda kesungguhan bapa mentarbiyyah anak-anak lelaki dan perempuan mereka agar mentaati Allah. Ibubapa yang murabbi tentulah tidak sanggup membiarkan keingkaran anak-anak lahir begitu sahaja tanpa dihukum.
Rasulullah SAW ada menegaskan bahawa, pada kebanyakan keadaan, pergaulan ibu dengan anak-anak kecil lebih memberi kesan daripada pergaulan dengan bapa.
Sekolah pula berperanan untuk mendidik pelajar lelaki dan perempuan dengan nilai-nilai Rabbani. Tidak mencukupi jika sekolah hanya memberikan ilmu pengetahuan, kemahiran kebendaan dan ilmu kehidupan, kemudian meninggalkan mereka teraba-raba serta jahil tentang isu kewujudan yang hebat dan mengkagumkan. Mereka ditinggalkan dengan soalan-soalan yang tidak dibekali jawapan-jawapan seperti “Dari mana kita datang?”, “Siapa yang menjadikan kita?”, “Mengapa kita dijadikan?”, “Ke mana kita akan pergi selepas kehidupan dunia ini?”, “Apakah itu risalah Islam dan sipakah yang menentukannya?”, “Apakah balasan bagi orang yang menunaikan ajaran Islam?” dan “Apakah balasan bagi orang yang mengingkari ajaran Islam?”
Hanya keimanan kepada Allah SWT sahajalah yang dapat menjawab segala persoalan di atas dengan jawapan-jawapan yang yakin dan menenangkan hati. Itu keimanan hakiki yang ditentukan oleh Islam. Jawapan yang berasaskan iman akan terselamat daripada kesilapan manusia, keraguan, lintasan hati yang salah dan pertentangan fikiran.
Sekolah yang tidak menanamkan keimanan kepada jiwa pelajar-pelajar akan melahirkan generasi yang gelisah dan mempunyai unsur penentangan dalam diri. Generasi ini akan mengharung gelombang hidup dengan rasa resah dan gelisah. Tanpa panduan dan petunjuk, sudah tentu mereka akan bertambah sesat dan tidak menjumpai jalan pulang iaitu jalan yang